Jumat, 01 Juni 2012

SEJARAH GEREJA ST. FRANSISKUS XAVERIUS NDONDO, BY: RENOL KOTA - NDONA


SEJARAH BERDIRINYA GEREJA ST. FRASISKUS XAVERIUS NDONDO   


PEDOMAN PENULISAN

1.      Bagaimanakah awal kedatangan Misionaris Fransiskus Xaverius?
2.      Bagaimanakah perkembangan agama Katolik di Ndondo?
3.      Tahun berapakah didirikannya Gereja awal?
4.      Bagaimanakah proses awal berdirinya Gereja Fransiskus Xaverius Ndondo?
5.      Bagaimanakah proses perkembangan Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo?
6.      Apakah kaitan nama Gereja dengan Misionaris Fransiskus Xaverius?
7.      Apakah pengaruh atau eksistensi bagi masyarakat Ndondo dengan berdirinya Gereja St. Fransiskus Xaverius?

           1.    Proses Awal Berdirinya
Sejarah Gereja tahun 1980 berawal dari Soko Gereja yang pernah didirikan sebelumnya oleh Fransiskus Xaverius pada tahun 1940. Setelah Soko Gereja rusak dan tidak dapat dipakai lagi, umat di wilayah ini menggunakan gedung sekolah sebagai tempat ibadah hingga ahkir tahun 1970. Dengan melihat perkembangan umat yang banyak serta gedung sekolah yang sudah tidak dapat mampu menampung umat setempat, umat bersama tokoh-tokoh masyarakat meminta kepada Yosep Woge Naga selaku tuan tanah setempat untuk membangun sebuah tempat ibadah (Kapela). Atas kerja sama umat dan pihak pemerintah setempat pada tahun 1972 Kapela berhasil dibangun dengan ketua stasi pertama Bapak Lukas Soba Sale dan seksi liturginya Bapak Lazarus Rasi.
Sebelumnya Ndondo dan Maurole masih merupakan sebuah stasi dengan pusat wilayah parokinya di Detukeli. Para Imam yang bertugas melayani umat di kedua stasi ini di datangkan dari pusat Paroki. Pada tahun 1975 stasi Maurole di resmikan menjadi sebuah Paroki oleh Uskup Agung Ende Mgr. Donatus Djagom, SVD dengan nama Paroki Salib Suci Maurole dan menjadi Pastor Paroki pertama adalah Pater Luis Djuron, SVD. Paroki Maurole merupakan hasil pemekaran dari Paroki Induk Detukeli.
Setelah Maurole diresmikan menjadi sebuah paroki, stasi Loboniki tidak lagi menjadi bagian dari Paroki Detukeli tetapi telah menjadi bagian dari wilayah Paroki Maurole. Stasi Loboniki kemudian di bagi menjadi sembilan lingkungan. Adapun nama-nama lingkungan yang menjadi wilayah stasi Loboniki adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Lobonki (Stasi Pusat)
2.  Lingkungan Kolibewa
3.  Lingkungan Nuanaga
4.  Lingkungan Pena
5. Lingkungan Rojabai
6. Lingkungan Paupanda
7. Linkungan Niopanda
8. Lingkungan Boto
9. Lingkungan Lowoketo  

Adapun Imam yang pernah bertugas melayani umat di Stasi Loboniki adalah P. Luis Djuron SVD, P. Theodorus Viser dan Romo Yan Da Lau. Mereka melayani umat di Stasi ini dua kali dalam satu bulan serta pada hari-hari raya.
Dengan perkembangan umat yang semakin meningkat serta dukungan dana pembangunan Gereja oleh umat dari sembilan lingkungan, Dewan stasi bekerja sama dengan Paroki Pusat merencanakan untuk membangun sebuah Gereja permanen yang dapat diperkirakan mampu menampung umat dari sembilan lingkungan. Karena lingkungan-lingkungan yang jauh dari pusat stasi seperti lingkungan Boto, lingkungan Lowoketo dan lingkungan Niopanda belum di bangun Kapela, sehingga setiap hari minggu umat selalu mengikuti perayaan ekaristi di Kapela stasi pusat. Atas dukungan dari tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, pemerintahan, para guru dan sebagai wujud kesatuan pribadi dengan Allah, kesatuan dengan anggota Gereja serta sesama umat Katolik, pada tahun 1980 didirikan sebuah Gereja Katolik, dengan Ketua Stasinya Bapak Karolus Nau Lada.
Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendirian Gereja tahun 1980 adalah Bapak Lukas Soba Sale sebagai ketua stasi lama, Bapak Yosep Woge Naga selaku tuan tanah, Bapak Paulus Bata Sola pimpinan pemerintah setempat, Bapak Lazarus Rasi sebagai seksi liturgi dan Bapak Karolus Nau Lada sebagai pengurus dewan, serta Bapak Petrus Pora Mbaku yang dengan kelihaian tangannya membangun gereja. Beliau adalah seorang tukang bangunan yang berasal dari Watuneso.
Sampai dengan Gereja ini berdiri yakni pada tahun 1982 wilayah Ndondo masih merupakan sebuah stasi dengan pusat Parokinya di Maurole. Muncul pikiran dari Dewan Stasi untuk mengadakan sidang bersama tokoh-tokoh pendiri Gereja guna membicarakan nama yang cocok untuk Gereja Stasi Loboniki yang baru dibangun. Sidang yang di laksanakan pada tanggal 9 Pebruari 1982 menghasilkan sebuah nama pelindung Gereja yaitu St. Fransiskus Xaverius. Alasan nama pelindung Gereja ini di berikan, karena masyarakat setempat mengingat jasa dari Misionaris Fransiskus Xaverius yang pernah datang menyebarkan dan mengembangkan agama Katolik serta sebagai pendiri Gereja awal di tanah watu Ndondo.
Pada tanggal 27 Mei 1982 Gereja Stasi Loboniki diresmikan oleh Uskup Agung Ende Mgr. Donatus Djagom, SVD dengan nama, Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo. Adapun Para Imam yang pernah bertugas melayani umat di Stasi Loboniki sejak tahun 1980 sampai tahun 2000 adalah sebagai berikut :
1.    P. Luis Djuron SVD,
2.    Rm. Efrem Pr,         
3.    Rm. Klemens Soa Pr,
4.    Rm. Don Bosco Djata Pr,
5.    Rm. Frans Jata Pr dan
6.    Rm. Yosep Parera Pr.

Dengan berahkirnya masa tugas pelayanan Rm. Yosep Parera Pr, umat di Stasi Loboniki kedatangan dua Imam baru dari Ordo Caposin Keuskupan Sibolga Sumatera Utara.

2.    Proses Perkembangannya
Sejak gereja St. Fransiskus Xaverius berdiri, perkembangan gereja dan umat di stasi ini tidak begitu nampak karena kurang sekali di laksanakan kegiatan kegiatan gereja seperti katekese dan kegiatan gereja lainnya serta para Pastor yang bertugas di stasi ini hanya dua kali dalam sebulan datang  melayani umat.
Gempa bumi yang terjadi tanggal 12 Desember 1992 membuat harapan umat di stasi ini terhadap perkembangan gereja  selanjutnya pupus, dan harus memulainya dari nol, karena gereja yang belum sempat terselesikan tersebut telah rata dengan tanah. Awal tahun 1993 umat membangun sebuah kepela yang berlokasi di lapangan bola kaki. Selama satu tahun umat di stasi Loboniki menggunakan kapela ini sebagai tempat ibadah, sambil menunggu gereja baru yang dibangun di lokasih gereja lama.
Gereja yang sekarang ini di gunakan oleh umat di wilayah paroki Ndondo adalah sebuah gereja yang di bangun kembali  setelah gempa tahun 1992. Gereja yang di bangun dengan panjang 30 m dan lebar 8 m ini, material bangunannya merupakan swadaya umat di stasi Loboniki, sedangkan paku dan sengnya di bantu oleh Keuskupan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Gereja Katolik di Stasi ini mulai berkembang ketika masuknya Ordo Caposin dari Keuskupan Sibolga Sumatera Utara pada tahun 2000. Dua Imam yang bertugas pertama di stasi Loboniki adalah P. Paskalis Pasaribu OfM Cap dan       P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap. Kehadiran Ordo Caposin Sibolga di wilayah Stasi Loboniki Paroki Maurole atas kerja sama Keuskupan Agung Ende dengan Ordo dari Keuskupan Sibolga.
Kedatangan para Imam dari dari Ordo Caposin Sibolga membawa perubahan besar bagi umat dan Gereja di Stasi Loboniki. Perubahan tersebut dapat di lihat dari kerja sama antara umat di lingkungan KUB dalam membangun tempat ibadah mereka, sehingga umat yang berasal dari lingkungan yang jauh dari Pusat Stasi tidak lagi mengikuti perayaan ekaristi di Gereja pusat Stasi, karena di tempat mereka telah di bangun Kapela untuk kebutuhan umat. Para Imam dan Para Bruder-bruder kemudian di kirim untuk melayani kebutuhan iman umat di Stasi Loboniki.
Cikal bakal Paroki Ndondo dirintis oleh P. Paskalis Pasaribu OfM Cap dan P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap serta para pengurus Dewan Stasi pada tahun 2001. Sebelumnya wilayah Ndondo merupakan sebuah Stasi yang berpusat di Loboniki. Pada tanggal 25 April-2001, Stasi Loboniki berdiri menjadi sebuah Paroki yang diresmikan oleh Uskup Agung Ende Mgr. Abdon Longginus Da Cunha, Pr dengan nama, Paroki Fransiskus Xaverius Ndondo yang berpusat di Loboniki dan meliputi wilayah Ndondo, Niopanda, Ranggalaka, dan Tou Barat. Yang menjadi Pastor Paroki pertama adalah P. Paskalis Pasaribu OfM Cap dan Pastor pembantunya P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap.
Menurut data statistik tahun 2010, jumlah umat di Paroki Ndondo sebanyak 3.246 jiwa dengan perincian sebagai berikut : sembilan puluh dua persen dari umat adalah petani dan sisahnya adalah buruh tani, pedagang kecil dan Pegawai Negeri Sipil (8%). Tercatat bahwa dalam Paroki ini ada dua SLTP dan 7 SD, 5 diantaranya adalah Sekolah Dasar Negeri sementara 2 lainnya adalah Sekolah Swasta Katolik yang diasuh oleh Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ende Lio (YASUKEL).
Sistem organisasi Paroki didasarkan pada struktur yang berlaku umum di Gereja Keuskupan Agung Ende (KAE), dimulai dari DPP – STASI – LINGKUNGAN dan KUB. Sebelumnya Stasi Loboniki memiliki 9 lingkungan. Setelah Stasi Loboniki menjadi sebuah Paroki akhirnya mekar lagi 2 lingkungan yaitu lingkungan Tanadedu yang sebelumnya bergabung dengan lingkungan Stasi Pusat dan lingkungan Panalato yang sebelumnya bergabung dengan lingkungan Lowoketo. Pemekaran kedua lingkungan ini karena jarak yang di tempuh cukup jauh dan meningkatnya umat di ke dua lingkungan. Setelah pemekaran ke dua langkungan ini,  Paroki Ndondo memiliki 11 lingkungan dan  memiliki 36 Komunitas Umat Basis. Adapun nama-nama lingkungan dan KUB yang termasuk wilayah Paroki Ndondo adalah sebagai berikut :
1.        Lingkungan Loboniki memiliki 3 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Yohanes
b.    KUB St. Lazarus
c.    KUB St. Lukas
2.        Lingkungan Kolibewa memiliki 3 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Karolus
b.    KUB St. Paulus
c.    KUB St. Fatima
3.        Lingkungan Paupanda memiliki 3 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Yosef
b.    KUB St. Rafael
c.    KUB St. Gabriel
4.        Lingkungan Nuanaga memiliki 3 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Yosef
b.    KUB St. Martinus
c.    KUB St. Vinsensus
5.        Lingkungan Pena memiliki 6 KUB, yaitu:
a.    KUB Bakung Tak Bernoda
b.    KUB Rumah Kencana
c.    KUB Ratu Kontas
d.   KUB Benteng Daud
e.    KUB Ratu Damai
f.     KUB St. Antonius
6.        Lingkungan Rojabai memiliki 4 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Yohanes
b.    KUB St. Alosius
c.    KUB St. Yosef
d.   KUB St. Nikolaus
7.        Lingkungan Niopanda memiliki 4 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Stefanus
b.    KUB St. Mikael
c.    KUB St. Ana
d.   KUB St. Nikolaus
8.        Lingkungan Boto memiliki 3 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Petrus
b.    KUB St. Hendrikus
c.    KUB St. Laurensius
9.        Lingkungan Lowoketo memiliki 3 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Helena Faustina
b.    KUB St. Rafael
c.    KUB St. Yohanes
10.    Lingkungan Panalato memeliki 2 KUB, yaitu:
a.    KUB St. Wilhelmus
b.    KUB St. Mikael
11.    Lingkungan Tanadedu memiliki 2 KUB, yaitu:
a. KUB St. Agustinus
b. KUB St. Markus
Setelah Ndondo resmi menjadi Paroki tahun 2001 hingga sekarang, tercatat sudah 8 Imam yang pernah berkarya di Paroki Ndondo. Adapun nama-nama Pastor yang pernah berkarya di Paroki Ndondo dari tahun 2001 hingga sekarang yaitu :
1.        P. Paskalis Pasaribu OfM Cap sebagai Pastor Paroki dan P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap sebagai Pastor Pembantu , dari tahun 2000 sampai 2003,
2.        P. Metodius Sarumaha OfM Cap, sebagai Pastor Paroki dan P. Wilhem Sibagariang OfM Cap, sebagai Pastor Pembantu, dari tahun 2003 sampai 2005,
3.        P. Servasius Sihotang OfM Cap, sebagai Pastor Paroki dan P. Bernad OfM Cap, sebagai Pastor Pembantu, dari tahun 2005 sampai 2008,
4.        P. Alex Telaumbanua OfM Cap, sebagai Pastor Paroki dan P. Eric Daeli OfM Cap, sebagai Pastor Pembantu.
Sumber Data : Dokumen Paroki

Kehadiran para Pastor dari Keuskupan Sibolga, membawa perubahan besar untuk masyarakat di wilayah ini. Perubahan besar ini tidak hanya nampak pada kehidupan rohani umat katolik setempat, tetapi mencakup bidang lain yang menjadi kebutuhan  seluruh masyarakat di wilayah paroki Ndondo.
Untuk pelayanan rohani, para pastor mempunyai program. Misa setiap hari kamis biasanya terjadi di pusat paroki, kecuali setiap hari senin dan rabu dapat berlangsung di kelompok – kelompok rohani. Selain itu, untuk misa mingguan, kepada lingkungan lingkungan yang jauh dari paroki secara bergiliran mendapat bentuan pelayanan pastor dari paroki pusat dan kelompok- kelompok rohani yang ada di paroki Ndondo secara bergilir di beri pembinaan. Adapun kelompok kelompok rohani yang ada di paroki Ndondo, yakni  St. Anna, Legio Maria dan St. Yohakim.
Bidang lain yang menjadi kebutuhan masyarakat di paroki ini adalah didirikannya sebuah kios milik paroki oleh para Bruder dan dipercayakan kepada dua orang awam biasa sebagai pengelolah.dengan adanya kios paroki ini yang menjual segala  macam barang kebutuhan sehari -hari, masyarakat di paroki ini merasa sangat terbantu, karena mereka tidak  lagi mengeluarkan banyak biaya untuk kota, semua kebutuhan sembako di siapkan di kios paroki. Paroki ini juga memiliki sebuah kendaraan roda empat yang juga sangat membantu umat di wilayah paroki ini.
Masalah yang dihadapi di wilayah ini adalah banyaknya  pasangan yang telah hidup bersama tanpa diikat oleh sakramen perkawinan. Selain itu kehidupan umat yang cenderung mengarah pada perpecahan juga menjadi persoalan yang perlu diperhatikan.
Menghadapi masalah–masalah di atas pastor bersama katekis,dan fungsionaris pastoral di paroki Ndondo turun ke KUB untuk membuat pendekatan pandekatan yang perlu sambil memotivasi umat untuk secara bersama- sama menghadapi aneka persoalan tersebut. Namun demikian hasil yang diharapkan belum maksimal. Oleh karena itu dalam penyusunan program selanjutnya, pastoral paroki, DPP dan DPS sedapat mungkin bisa menjawabi kebutuhan umat di paroki Ndondo.    
        

3.    Eksistensi Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo Bagi Masyarakat Ndondo
Secara umum dengan berdirinya Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo dapat menunjukan ciri khas bahwa ada sebagian masyarakat ini yang menganut agama Katolik dan dapat  memberikan pengakuan bahwa di wilayah ini pernah mendapat pengaruh Kristiani. Dan untuk umat masyarakat Ndondo, dengan berdirnya Gereja St. Fransiskus Xaverius umat Ndondo memperoleh persekutuan iman dengan sesama anggota Gereja dalam doa bersama sehingga memiliki keseragaman demi kesatuan doa dan pengungkapan iman.
Beberapa pengaruh bagi masyarakat Ndondo dengan berdirinya Gereja St. Fransiskus Xaverius :
1.    Terbentuknya Komunitas Umat Basis
Komunitas Umat Basis yang dibentuk di setiap lingkungan karena masyarakat merasa solider diantara sesama umat Katolik dalam menjalankan tugas sebagai kaum awam yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap Gereja dan diakui sebagai kelompok kecil Gereja yang melanjutkan tugas dan karya penyelamatan Allah di dunia. Fr. Sil Betu dalam TITIPAN EDISI 1 2001, Pemberdayaan umat basis adalah suatu usaha untuk meningkatkan peran serta umat  dalam seluruh bidang kehidupan demi terciptanya kemandirian sebagai umat Allah. Salah satu yang dibuat dalam upaya pemberdayaan umat basis adalah memupuk peran serta kaum awam dalam Gereja, karena dengan Gereja sesama umat dapat dipersatukan (2001:8).
2.    Terbentuknya Organisasi Mudika
Rasa solider antara sesama kaum muda Katolik di wilayah ini akirnya membentuk sebuah organisasi Gereja yakni mudika, sebagai kelompok kecil Gereja yang dapat ikut terlibat dalam setiap kegiatan Gereja baik dalam wilayah Paroki itu sendiri maupun kegiatan–kegiatan Katolik lainnya seperti pekan mudika yang merupakan kegiatan yang sudah mencakup tingkat Paroki.

3.    Pendirian Sekolah
a.    Didirikan SMPS Madani Ndondo
Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMPS) Madani Ndondo didirikan pada tahun 2001 oleh salah seorang Pastor dari Keuskupan Sibolga, P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap. merupakan pastor pertama dari Keuskupan Sibolga yang bertugas di Ndondo/ Loboniki. Siswa – siswa yang masuk bersekolah di SMPS Madani Ndondo adalah dari ke 7 sekolah dasar  yang berada di wilayah Paroki Ndondo, seperti SDI Nuanaga, SDK Loboniki, SDK Niopanda, SDI Ligalejo, SDK Lowoketo, SDI Panalato dan SDI Rojabai.Selain di wilayah paroki,ada juga siswa – siswi yang bersekolah di SMP ini yang berasal dari luar paroki.
Sekolah ini memiliki kelas paralel dan jumlah siswa setiap kelasnya bervariasi. Jumlah siswa tahun ajaran 2010/2011 dari kelas X sampai kelas XI berjumlah 170 siswa. Dengan rincian siswa laki laki berjumlah 78 orang dan siswa perempuan berjumlah 92. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
b.    Didirikan TK Fransiskus Asisi
TK Fransiskus Asisi didirikan pada tahun 2005 oleh  para Susteran Kfs.Jumlah siswanya mencapai 20 sampai 30 per tahunnya. Karena di wilayah paroki ini hanya memiliki satu Taman Kanak kanak, maka siswa siswa yang masuk di TK ini berasal dari seluruh wilayah paroki Ndondo. Namun tidak semua anak di wilayah paroki ini yang masuk di TK Fransiskus Asisi, hanya anak anak yang orang tuanya tinggal di desa desa terdekat serta lingkungan lingkungan yang dekat dengan paroki. Namun  bukan berarti orang tua yang lainnya tidak bisa menyekolahkan anaknya di TK ini,tetapi  jarak yang di tempuh sangat jauh, seperti di desa Ranggalaka dan desa Niopanda.
Tanaga pengajar di TK St. Fransiskus Asisi adalah 3 orang. 1 orang dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende dan 2 lainnya dari Susteran Kfs.                                                                                                                              


















PENUTUP

1.        Kesimpulan
Sebuah perjalanan yang dihargai oleh masyarakat banyak khususnya umat Kristiani, memperoleh pengalaman yang nyata dari seorang misionaris Fransiskus Xaverius. Tugas yang diembannya pada masa Portugis di Indonesia serta profisiatnya yang dianugerahkan sebagai gembala pelayanan umat Kristiani, menuntutnya untuk melaksanakan tugas dan karyanya itu seberapa sulit wilayah yang harus beliau tempuh.
Soko Gereja yang pernah didirikan oleh Misionaris Fransiskus Xaverius serasa terus bargema, hingga pada perkembangannya dapat memampukan generasi sekarang untuk berperan aktif membangun kembali Gereja sebagai lanjutan dari Gereja awal.
Segala usaha dan niat yang tulus yang dimiliki oleh segenap umat masyarakat Ndondo, para Dewan Stasi, pihak pemerintah dan tokoh adat setempat demi membangun kembali sebuah Gereja Katolik. Suka duka, liku-liku perjalanan Gereja St. Fransiskus Xaverius hingga menuju Paroki akhirnya memperoleh harapan nyata, setelah Gereja ini berdiri pada tahun 1980. Dan setelah masuknya Ordo Caposin dari Keuskupan Sibolga, perkembangan Gereja semakin nyata serta dukungan umat, pada tanggal 21 April 2001 Stasi di wilayah ini resmi menjadi sebuah Paroki dengan pusatnya di Loboniki.

2.      Saran
Tugas untuk membangun Kerajaan Allah termasuk memberdayakan umat basis adalah tugas kita sebagai umat Allah, bukan hanya tugas Uskup dan Imam saja. Kita telah dipersatukan sebagai umat Allah dan dari sana kita diutus ke tengah dunia untuk berperan sebagai Imam, Nabi dan Raja dalam membangun Gereja umat basis yang kontekstual.
Kepada kita umat KAE jangan kita memberi tugas untuk membangun Gereja hanya diserakan kepada segelintir kecil kaum awam atau terlebih lagi kalau hanya dibebankan  di pundak para gembala semata. Membangun Gereja adalah tugas kita semua, para pengikut Kristus.














DAFTAR PUSTAKA

Aron M. Mbete dkk.2006 Khazana Budaya NTT, Pustaka Larasan. Depdiknas
Djaja Wahyudi S.S. 2005 Sejarah Kelas X. Cempakah Putih: Kalteng
Forum Komunikasi Antar Para Romo, Frater dan Umat KAE, 2000. Ritapiret : Maumere
htt://puspek-averoes.org/2009/07/26/agama-dan-transformasi-sosial
Frans J. Eillers SVD.2002. Berkomunikasi Dalam Gereja. Nusa Indah: Ende.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng Pustaka
Lobinger F. 1984. Membangun Jemaad Kristen Kecil. Seri Lumko: Instute
Maleong Lexi, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Milles, M.B. dan Huberman, A.M.1994. Qualitatif Data Analisis; Are Exppantet Sourcebook. London : Sage Publication
Nugroho Notosusanto. 1971. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press
Pengertian Sosiologi Agama, http//orthevie wordpress. Com/2010/02//13/
Panitia 75 Tahun Paroki Kathedral Ende, 2002. Membangun Komunitas Pelayanan. Nusa Indah: Ende
Richar Palmer. 1993.(Terjemahan) Hermeneutik Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suratman Y, Pr. 1999. Membangun Komunitas Basis Gerejawi. Celesty Hieronika: Jakarta
Tom Jacobs Sj. 1987. Gereja Menurut Vatikan II. Kanisius: Yogyakarta



Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog ini

Dipublikasikan Oleh:
Renol Kota - Ndona
  
 









Jangan lupa berikan komentarnya....

Label: , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda