SEJARAH GEREJA ST. FRANSISKUS XAVERIUS NDONDO, BY: RENOL KOTA - NDONA
SEJARAH BERDIRINYA GEREJA ST. FRASISKUS XAVERIUS NDONDO
PEDOMAN PENULISAN
1. Bagaimanakah awal kedatangan Misionaris Fransiskus
Xaverius?
2. Bagaimanakah perkembangan agama Katolik di
Ndondo?
3. Tahun berapakah didirikannya Gereja awal?
4. Bagaimanakah proses awal berdirinya Gereja
Fransiskus Xaverius Ndondo?
5. Bagaimanakah proses perkembangan Gereja St.
Fransiskus Xaverius Ndondo?
6. Apakah kaitan nama Gereja dengan Misionaris
Fransiskus Xaverius?
7. Apakah pengaruh atau eksistensi bagi
masyarakat Ndondo dengan berdirinya Gereja St. Fransiskus Xaverius?
1.
Proses
Awal Berdirinya
Sejarah
Gereja tahun 1980 berawal dari Soko Gereja yang pernah didirikan sebelumnya
oleh Fransiskus Xaverius pada tahun 1940. Setelah Soko Gereja rusak dan tidak
dapat dipakai lagi, umat di wilayah ini menggunakan gedung sekolah sebagai
tempat ibadah hingga ahkir tahun 1970. Dengan melihat perkembangan umat yang
banyak serta gedung sekolah yang sudah tidak dapat mampu menampung umat
setempat, umat bersama tokoh-tokoh masyarakat meminta kepada Yosep Woge Naga
selaku tuan tanah setempat untuk membangun sebuah tempat ibadah (Kapela). Atas
kerja sama umat dan pihak pemerintah setempat pada tahun 1972 Kapela berhasil
dibangun dengan ketua stasi pertama Bapak Lukas Soba Sale dan seksi liturginya
Bapak Lazarus Rasi.
Sebelumnya
Ndondo dan Maurole masih merupakan sebuah stasi dengan pusat wilayah parokinya
di Detukeli. Para Imam yang bertugas melayani umat di kedua stasi ini di
datangkan dari pusat Paroki. Pada tahun 1975 stasi Maurole di resmikan menjadi
sebuah Paroki oleh Uskup Agung Ende Mgr. Donatus Djagom, SVD dengan nama Paroki
Salib Suci Maurole dan menjadi Pastor Paroki pertama adalah Pater Luis Djuron,
SVD. Paroki Maurole merupakan hasil pemekaran dari Paroki Induk Detukeli.
Setelah
Maurole diresmikan menjadi sebuah paroki, stasi Loboniki tidak lagi menjadi
bagian dari Paroki Detukeli tetapi telah menjadi bagian dari wilayah Paroki
Maurole. Stasi Loboniki kemudian di bagi menjadi sembilan lingkungan. Adapun
nama-nama lingkungan yang menjadi wilayah stasi Loboniki adalah sebagai berikut
:
1. Lingkungan
Lobonki (Stasi Pusat)
2. Lingkungan
Kolibewa
3. Lingkungan
Nuanaga
4. Lingkungan
Pena
5. Lingkungan
Rojabai
6. Lingkungan
Paupanda
7. Linkungan
Niopanda
8. Lingkungan
Boto
9. Lingkungan
Lowoketo
Adapun Imam yang pernah
bertugas melayani umat di Stasi Loboniki adalah P. Luis Djuron SVD, P.
Theodorus Viser dan Romo Yan Da Lau. Mereka melayani umat di Stasi ini dua kali
dalam satu bulan serta pada hari-hari raya.
Dengan perkembangan umat
yang semakin meningkat serta dukungan dana pembangunan Gereja oleh umat dari sembilan
lingkungan, Dewan stasi bekerja sama dengan Paroki Pusat merencanakan untuk
membangun sebuah Gereja permanen yang dapat diperkirakan mampu menampung umat
dari sembilan lingkungan. Karena lingkungan-lingkungan yang jauh dari pusat
stasi seperti lingkungan Boto, lingkungan Lowoketo dan lingkungan Niopanda
belum di bangun Kapela, sehingga setiap hari minggu umat selalu mengikuti
perayaan ekaristi di Kapela stasi pusat. Atas dukungan dari tokoh-tokoh adat,
tokoh masyarakat, pemerintahan, para guru dan sebagai wujud kesatuan pribadi
dengan Allah, kesatuan dengan anggota Gereja serta sesama umat Katolik, pada
tahun 1980 didirikan sebuah Gereja Katolik, dengan Ketua Stasinya Bapak Karolus
Nau Lada.
Adapun tokoh-tokoh yang terlibat
dalam pendirian Gereja tahun 1980 adalah Bapak Lukas Soba Sale sebagai ketua
stasi lama, Bapak Yosep Woge Naga selaku tuan tanah, Bapak Paulus Bata Sola
pimpinan pemerintah setempat, Bapak Lazarus Rasi sebagai seksi liturgi dan
Bapak Karolus Nau Lada sebagai pengurus dewan, serta Bapak Petrus Pora Mbaku
yang dengan kelihaian tangannya membangun gereja. Beliau adalah seorang tukang
bangunan yang berasal dari Watuneso.
Sampai dengan Gereja ini
berdiri yakni pada tahun 1982 wilayah Ndondo masih merupakan sebuah stasi
dengan pusat Parokinya di Maurole. Muncul pikiran dari Dewan Stasi untuk
mengadakan sidang bersama tokoh-tokoh pendiri Gereja guna membicarakan nama
yang cocok untuk Gereja Stasi Loboniki yang baru dibangun. Sidang yang di
laksanakan pada tanggal 9 Pebruari 1982 menghasilkan sebuah nama pelindung
Gereja yaitu St. Fransiskus Xaverius. Alasan nama pelindung Gereja ini di
berikan, karena masyarakat setempat mengingat jasa dari Misionaris Fransiskus
Xaverius yang pernah datang menyebarkan dan mengembangkan agama Katolik serta
sebagai pendiri Gereja awal di tanah watu Ndondo.
Pada tanggal 27 Mei 1982
Gereja Stasi Loboniki diresmikan oleh Uskup Agung Ende Mgr. Donatus Djagom, SVD
dengan nama, Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo. Adapun Para Imam yang
pernah bertugas melayani umat di Stasi Loboniki sejak tahun 1980 sampai tahun
2000 adalah sebagai berikut :
1. P.
Luis Djuron SVD,
2. Rm.
Efrem Pr,
3. Rm.
Klemens Soa Pr,
4. Rm.
Don Bosco Djata Pr,
5. Rm.
Frans Jata Pr dan
6. Rm.
Yosep Parera Pr.
Dengan berahkirnya masa tugas pelayanan Rm. Yosep
Parera Pr, umat di Stasi Loboniki kedatangan dua Imam baru dari Ordo Caposin
Keuskupan Sibolga Sumatera Utara.
2.
Proses
Perkembangannya
Sejak gereja St. Fransiskus
Xaverius berdiri, perkembangan gereja dan umat di stasi ini tidak begitu nampak
karena kurang sekali di laksanakan kegiatan kegiatan gereja seperti katekese
dan kegiatan gereja lainnya serta para Pastor yang bertugas di stasi ini hanya
dua kali dalam sebulan datang melayani
umat.
Gempa bumi yang terjadi
tanggal 12 Desember 1992 membuat harapan umat di stasi ini terhadap
perkembangan gereja selanjutnya pupus,
dan harus memulainya dari nol, karena gereja yang belum sempat terselesikan
tersebut telah rata dengan tanah. Awal tahun 1993 umat membangun sebuah kepela
yang berlokasi di lapangan bola kaki. Selama satu tahun umat di stasi Loboniki
menggunakan kapela ini sebagai tempat ibadah, sambil menunggu gereja baru yang
dibangun di lokasih gereja lama.
Gereja yang sekarang ini di
gunakan oleh umat di wilayah paroki Ndondo adalah sebuah gereja yang di bangun
kembali setelah gempa tahun 1992. Gereja
yang di bangun dengan panjang 30 m dan lebar 8 m ini, material bangunannya
merupakan swadaya umat di stasi Loboniki, sedangkan paku dan sengnya di bantu
oleh Keuskupan.
Gereja Katolik di Stasi ini mulai berkembang ketika
masuknya Ordo Caposin dari Keuskupan Sibolga Sumatera Utara pada tahun 2000. Dua
Imam yang bertugas pertama di stasi Loboniki adalah P. Paskalis Pasaribu OfM
Cap dan P. Alfonsius Pandiangan OfM
Cap. Kehadiran Ordo Caposin Sibolga di wilayah Stasi Loboniki Paroki Maurole
atas kerja sama Keuskupan Agung Ende dengan Ordo dari Keuskupan Sibolga.
Kedatangan para Imam dari dari Ordo Caposin Sibolga
membawa perubahan besar bagi umat dan Gereja di Stasi Loboniki. Perubahan
tersebut dapat di lihat dari kerja sama antara umat di lingkungan KUB dalam
membangun tempat ibadah mereka, sehingga umat yang berasal dari lingkungan yang
jauh dari Pusat Stasi tidak lagi mengikuti perayaan ekaristi di Gereja pusat
Stasi, karena di tempat mereka telah di bangun Kapela untuk kebutuhan umat. Para
Imam dan Para Bruder-bruder kemudian di kirim untuk melayani kebutuhan iman
umat di Stasi Loboniki.
Cikal bakal Paroki Ndondo dirintis oleh P. Paskalis
Pasaribu OfM Cap dan P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap serta para pengurus Dewan Stasi
pada tahun 2001. Sebelumnya wilayah Ndondo merupakan sebuah Stasi yang berpusat
di Loboniki. Pada tanggal 25 April-2001, Stasi Loboniki berdiri menjadi sebuah
Paroki yang diresmikan oleh Uskup Agung Ende Mgr. Abdon Longginus Da Cunha, Pr
dengan nama, Paroki Fransiskus Xaverius Ndondo yang berpusat di Loboniki dan
meliputi wilayah Ndondo, Niopanda, Ranggalaka, dan Tou Barat. Yang menjadi
Pastor Paroki pertama adalah P. Paskalis Pasaribu OfM Cap dan Pastor
pembantunya P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap.
Menurut data statistik tahun 2010, jumlah umat di
Paroki Ndondo sebanyak 3.246 jiwa dengan perincian sebagai berikut : sembilan puluh
dua persen dari umat adalah petani dan sisahnya adalah buruh tani, pedagang
kecil dan Pegawai Negeri Sipil (8%). Tercatat bahwa dalam Paroki ini ada dua SLTP
dan 7 SD, 5 diantaranya adalah Sekolah Dasar Negeri sementara 2 lainnya adalah
Sekolah Swasta Katolik yang diasuh oleh Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ende
Lio (YASUKEL).
Sistem organisasi Paroki didasarkan pada struktur
yang berlaku umum di Gereja Keuskupan Agung Ende (KAE), dimulai dari DPP –
STASI – LINGKUNGAN dan KUB. Sebelumnya Stasi Loboniki memiliki 9 lingkungan. Setelah
Stasi Loboniki menjadi sebuah Paroki akhirnya mekar lagi 2 lingkungan yaitu
lingkungan Tanadedu yang sebelumnya bergabung dengan lingkungan Stasi Pusat dan
lingkungan Panalato yang sebelumnya bergabung dengan lingkungan Lowoketo.
Pemekaran kedua lingkungan ini karena jarak yang di tempuh cukup jauh dan
meningkatnya umat di ke dua lingkungan. Setelah pemekaran ke dua langkungan ini, Paroki Ndondo memiliki 11 lingkungan dan memiliki 36 Komunitas Umat Basis. Adapun
nama-nama lingkungan dan KUB yang termasuk wilayah Paroki Ndondo adalah sebagai
berikut :
1.
Lingkungan
Loboniki memiliki 3 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Yohanes
b.
KUB St. Lazarus
c.
KUB St. Lukas
2.
Lingkungan
Kolibewa memiliki 3 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Karolus
b.
KUB St. Paulus
c.
KUB St. Fatima
3.
Lingkungan
Paupanda memiliki 3 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Yosef
b.
KUB St. Rafael
c.
KUB St. Gabriel
4.
Lingkungan
Nuanaga memiliki 3 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Yosef
b.
KUB St. Martinus
c.
KUB St.
Vinsensus
5.
Lingkungan Pena
memiliki 6 KUB, yaitu:
a.
KUB Bakung Tak
Bernoda
b.
KUB Rumah
Kencana
c.
KUB Ratu Kontas
d.
KUB Benteng Daud
e.
KUB Ratu Damai
f.
KUB St. Antonius
6.
Lingkungan
Rojabai memiliki 4 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Yohanes
b.
KUB St. Alosius
c.
KUB St. Yosef
d.
KUB St. Nikolaus
7.
Lingkungan
Niopanda memiliki 4 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Stefanus
b.
KUB St. Mikael
c.
KUB St. Ana
d.
KUB St. Nikolaus
8.
Lingkungan Boto
memiliki 3 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Petrus
b.
KUB St.
Hendrikus
c.
KUB St.
Laurensius
9.
Lingkungan
Lowoketo memiliki 3 KUB, yaitu:
a.
KUB St. Helena
Faustina
b.
KUB St. Rafael
c.
KUB St. Yohanes
10. Lingkungan Panalato memeliki 2 KUB, yaitu:
a.
KUB St.
Wilhelmus
b.
KUB St. Mikael
11. Lingkungan Tanadedu memiliki 2 KUB, yaitu:
a. KUB St.
Agustinus
b. KUB St.
Markus
Setelah Ndondo resmi
menjadi Paroki tahun 2001 hingga sekarang, tercatat sudah 8 Imam yang pernah
berkarya di Paroki Ndondo. Adapun nama-nama Pastor yang pernah berkarya di
Paroki Ndondo dari tahun 2001 hingga sekarang yaitu :
1.
P. Paskalis
Pasaribu OfM Cap sebagai Pastor Paroki dan P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap
sebagai Pastor Pembantu , dari tahun 2000 sampai 2003,
2.
P. Metodius
Sarumaha OfM Cap, sebagai Pastor Paroki dan P. Wilhem Sibagariang OfM Cap,
sebagai Pastor Pembantu, dari tahun 2003 sampai 2005,
3.
P. Servasius
Sihotang OfM Cap, sebagai Pastor Paroki dan P. Bernad OfM Cap, sebagai Pastor
Pembantu, dari tahun 2005 sampai 2008,
4.
P. Alex
Telaumbanua OfM Cap, sebagai Pastor Paroki dan P. Eric Daeli OfM Cap, sebagai
Pastor Pembantu.
Sumber Data : Dokumen Paroki
Kehadiran para Pastor dari Keuskupan Sibolga, membawa
perubahan besar untuk masyarakat di wilayah ini. Perubahan besar ini tidak
hanya nampak pada kehidupan rohani umat katolik setempat, tetapi mencakup
bidang lain yang menjadi kebutuhan
seluruh masyarakat di wilayah paroki Ndondo.
Untuk pelayanan rohani, para pastor mempunyai
program. Misa setiap hari kamis biasanya terjadi di pusat paroki, kecuali
setiap hari senin dan rabu dapat berlangsung di kelompok – kelompok rohani.
Selain itu, untuk misa mingguan, kepada lingkungan lingkungan yang jauh dari
paroki secara bergiliran mendapat bentuan pelayanan pastor dari paroki pusat
dan kelompok- kelompok rohani yang ada di paroki Ndondo secara bergilir di beri
pembinaan. Adapun kelompok kelompok rohani yang ada di paroki Ndondo,
yakni St. Anna, Legio Maria dan St.
Yohakim.
Bidang lain yang menjadi kebutuhan masyarakat di
paroki ini adalah didirikannya sebuah kios milik paroki oleh para Bruder dan
dipercayakan kepada dua orang awam biasa sebagai pengelolah.dengan adanya kios
paroki ini yang menjual segala macam
barang kebutuhan sehari -hari, masyarakat di paroki ini merasa sangat terbantu,
karena mereka tidak lagi mengeluarkan
banyak biaya untuk kota, semua kebutuhan sembako di siapkan di kios paroki.
Paroki ini juga memiliki sebuah kendaraan roda empat yang juga sangat membantu
umat di wilayah paroki ini.
Masalah yang dihadapi di wilayah ini adalah
banyaknya pasangan yang telah hidup
bersama tanpa diikat oleh sakramen perkawinan. Selain itu kehidupan umat yang
cenderung mengarah pada perpecahan juga menjadi persoalan yang perlu
diperhatikan.
Menghadapi masalah–masalah di atas pastor bersama
katekis,dan fungsionaris pastoral di paroki Ndondo turun ke KUB untuk membuat
pendekatan pandekatan yang perlu sambil memotivasi umat untuk secara bersama-
sama menghadapi aneka persoalan tersebut. Namun demikian hasil yang diharapkan
belum maksimal. Oleh karena itu dalam penyusunan program selanjutnya, pastoral
paroki, DPP dan DPS sedapat mungkin bisa menjawabi kebutuhan umat di paroki
Ndondo.
3.
Eksistensi
Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo Bagi Masyarakat Ndondo
Secara umum dengan berdirinya
Gereja St. Fransiskus Xaverius Ndondo dapat menunjukan ciri khas bahwa ada
sebagian masyarakat ini yang menganut agama Katolik dan dapat memberikan pengakuan bahwa di wilayah ini
pernah mendapat pengaruh Kristiani. Dan untuk umat masyarakat Ndondo, dengan
berdirnya Gereja St. Fransiskus Xaverius umat Ndondo memperoleh persekutuan
iman dengan sesama anggota Gereja dalam doa bersama sehingga memiliki
keseragaman demi kesatuan doa dan pengungkapan iman.
Beberapa pengaruh bagi
masyarakat Ndondo dengan berdirinya Gereja St. Fransiskus Xaverius :
1. Terbentuknya Komunitas Umat Basis
Komunitas Umat Basis yang dibentuk di setiap
lingkungan karena masyarakat merasa solider diantara sesama umat Katolik dalam
menjalankan tugas sebagai kaum awam yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap
Gereja dan diakui sebagai kelompok kecil Gereja yang melanjutkan tugas dan
karya penyelamatan Allah di dunia. Fr. Sil Betu dalam TITIPAN EDISI 1 2001, Pemberdayaan
umat basis adalah suatu usaha untuk meningkatkan peran serta umat dalam seluruh bidang kehidupan demi
terciptanya kemandirian sebagai umat Allah. Salah satu yang dibuat dalam upaya
pemberdayaan umat basis adalah memupuk peran serta kaum awam dalam Gereja,
karena dengan Gereja sesama umat dapat dipersatukan (2001:8).
2. Terbentuknya Organisasi Mudika
Rasa solider antara sesama kaum muda Katolik di
wilayah ini akirnya membentuk sebuah organisasi Gereja yakni mudika, sebagai
kelompok kecil Gereja yang dapat ikut terlibat dalam setiap kegiatan Gereja baik
dalam wilayah Paroki itu sendiri maupun kegiatan–kegiatan Katolik lainnya
seperti pekan mudika yang merupakan kegiatan yang sudah mencakup tingkat
Paroki.
3. Pendirian Sekolah
a. Didirikan SMPS Madani Ndondo
Sekolah
Menengah Pertama Swasta (SMPS) Madani Ndondo didirikan pada tahun 2001 oleh
salah seorang Pastor dari Keuskupan Sibolga, P. Alfonsius Pandiangan OfM Cap.
merupakan pastor pertama dari Keuskupan Sibolga yang bertugas di Ndondo/
Loboniki. Siswa – siswa yang masuk bersekolah di SMPS Madani Ndondo adalah dari
ke 7 sekolah dasar yang berada di
wilayah Paroki Ndondo, seperti SDI Nuanaga, SDK Loboniki, SDK Niopanda, SDI
Ligalejo, SDK Lowoketo, SDI Panalato dan SDI Rojabai.Selain di wilayah
paroki,ada juga siswa – siswi yang bersekolah di SMP ini yang berasal dari luar
paroki.
Sekolah
ini memiliki kelas paralel dan jumlah siswa setiap kelasnya bervariasi. Jumlah
siswa tahun ajaran 2010/2011 dari kelas X sampai kelas XI berjumlah 170 siswa.
Dengan rincian siswa laki laki berjumlah 78 orang dan siswa perempuan berjumlah
92. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
b. Didirikan TK Fransiskus Asisi
TK Fransiskus Asisi didirikan pada tahun 2005 oleh para Susteran Kfs.Jumlah siswanya mencapai 20
sampai 30 per tahunnya. Karena di wilayah paroki ini hanya memiliki satu Taman
Kanak kanak, maka siswa siswa yang masuk di TK ini berasal dari seluruh wilayah
paroki Ndondo. Namun tidak semua anak di wilayah paroki ini yang masuk di TK
Fransiskus Asisi, hanya anak anak yang orang tuanya tinggal di desa desa
terdekat serta lingkungan lingkungan yang dekat dengan paroki. Namun bukan berarti orang tua yang lainnya tidak
bisa menyekolahkan anaknya di TK ini,tetapi
jarak yang di tempuh sangat jauh, seperti di desa Ranggalaka dan desa
Niopanda.
Tanaga pengajar di TK St. Fransiskus Asisi adalah 3
orang. 1 orang dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende dan 2 lainnya dari
Susteran Kfs.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sebuah perjalanan yang dihargai oleh masyarakat banyak
khususnya umat Kristiani, memperoleh pengalaman yang nyata dari seorang
misionaris Fransiskus Xaverius. Tugas yang diembannya pada masa Portugis di
Indonesia serta profisiatnya yang dianugerahkan sebagai gembala pelayanan umat
Kristiani, menuntutnya untuk melaksanakan tugas dan karyanya itu seberapa sulit
wilayah yang harus beliau tempuh.
Soko Gereja yang pernah didirikan oleh Misionaris
Fransiskus Xaverius serasa terus bargema, hingga pada perkembangannya dapat
memampukan generasi sekarang untuk berperan aktif membangun kembali Gereja
sebagai lanjutan dari Gereja awal.
Segala usaha dan niat yang tulus yang dimiliki oleh
segenap umat masyarakat Ndondo, para Dewan Stasi, pihak pemerintah dan tokoh
adat setempat demi membangun kembali sebuah Gereja Katolik. Suka duka, liku-liku
perjalanan Gereja St. Fransiskus Xaverius hingga menuju Paroki akhirnya
memperoleh harapan nyata, setelah Gereja ini berdiri pada tahun 1980. Dan setelah
masuknya Ordo Caposin dari Keuskupan Sibolga, perkembangan Gereja semakin nyata
serta dukungan umat, pada tanggal 21 April 2001 Stasi di wilayah ini resmi
menjadi sebuah Paroki dengan pusatnya di Loboniki.
2. Saran
Tugas untuk membangun Kerajaan Allah termasuk
memberdayakan umat basis adalah tugas kita sebagai umat Allah, bukan hanya
tugas Uskup dan Imam saja. Kita telah dipersatukan sebagai umat Allah dan dari
sana kita diutus ke tengah dunia untuk berperan sebagai Imam, Nabi dan Raja
dalam membangun Gereja umat basis yang kontekstual.
Kepada kita umat KAE jangan kita memberi tugas untuk
membangun Gereja hanya diserakan kepada segelintir kecil kaum awam atau
terlebih lagi kalau hanya dibebankan di
pundak para gembala semata. Membangun Gereja adalah tugas kita semua, para
pengikut Kristus.
DAFTAR PUSTAKA
Aron M. Mbete dkk.2006 Khazana Budaya NTT, Pustaka Larasan.
Depdiknas
Djaja Wahyudi S.S. 2005 Sejarah Kelas X. Cempakah Putih: Kalteng
Forum Komunikasi Antar Para Romo, Frater dan Umat KAE, 2000. Ritapiret :
Maumere
htt://puspek-averoes.org/2009/07/26/agama-dan-transformasi-sosial
Frans J. Eillers SVD.2002. Berkomunikasi
Dalam Gereja. Nusa Indah: Ende.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogyakarta: Benteng Pustaka
Lobinger F. 1984. Membangun Jemaad
Kristen Kecil. Seri Lumko: Instute
Maleong Lexi, 2002. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Milles, M.B. dan Huberman,
A.M.1994. Qualitatif Data Analisis; Are
Exppantet Sourcebook. London : Sage Publication
Nugroho Notosusanto. 1971. Mengerti
Sejarah. Jakarta: UI Press
Pengertian Sosiologi Agama, http//orthevie
wordpress. Com/2010/02//13/
Panitia 75 Tahun Paroki Kathedral Ende, 2002. Membangun Komunitas Pelayanan.
Nusa Indah: Ende
Richar Palmer. 1993.(Terjemahan) Hermeneutik
Teori Baru Mengenai Interpretasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suratman Y, Pr. 1999. Membangun
Komunitas Basis Gerejawi. Celesty Hieronika: Jakarta
Tom Jacobs Sj. 1987. Gereja
Menurut Vatikan II. Kanisius: Yogyakarta
Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog ini
Dipublikasikan Oleh:
Renol Kota - Ndona
Jangan lupa berikan komentarnya....
Label: GEREJA NDONDO, NDONA, NDONDO, RENOL KOTA-NDONA, SEJARAH BERDIRINYA GEREJA ST. FRANSISKUS XAVERIUS NDONDO, SEJARAH GEREJA DI FLORES
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda